Selasa, 29 Maret 2011

Seminar Pendidikan

Seminar Pendidikan dengan tema "Implementasi Nilai-nilai Religius pada Masyarakat Sekolah"

Bersama 1. Prof. Dr. Dede Rosyada 
                2. Prof. Dr. Arif Rahman

Hari/Tanggal   Sabtu/02 April 2011 di Aula MAN Insan Cendikia Serpong
CO. Taufik (08158704883)

Manajemen dalam Al Qur'an

A.Prinsip dan Teknik Manajemen Menurut Al-Qur’an
1.Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap Muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan diberantas.
Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu manajemen harus dipelajari dan dilaksanakan secara sehat, baik secara bijak maupun ilmiah.
2.Kewajiban Menegakkan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.
Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 81 ;
Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Surat Ali Imran ayat 60, menyatakan :
Artinya : “(Apa yang Telah kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, Karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.”
Manajemen merupakan suatu metode pengelolaan yang baik dan benar untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan kebenaran adalah metode allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian, manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakkan kebenaran itu menjadi wajib.
3.Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan umat Islam untuk menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun berada. Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”

Dan Allah juga menjelaskan dalam Surat al-A’raf ayat 29 :
Artinya : Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan".
Semua perbuatan harus dilakukan dengan adil. Adil dalam menimbang, adail dalam bertindak dan adil dalam menghukum. Adil itu harus dilakukan di manapun dan dalam keadaan apapun, baik di waktu senang maupun di masa susah. Tiap muslim harus adil kepada dirinya sendiri dan adil pula terhadap orang lain.
4.Kewajiban Menyampaikan Amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah telah dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58;

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah memerintahkan agar selalu menunaikan amanah dalam segala bentuknya, baik amanat perorangan maupun amanat kelompok atau masyarakat.
Dengan demikian, jelaslah bahwa prinsip-prinsip manajemen yang terdapat dalam al-Qur’an yang selalu segar tidak terdapat kejanggalan, sehingga perlu diterapkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam memberikan keluwesan untuk berijtihad. Dengan peralatan dalil nash al-Qur’an dan Hadits yang ditunjang oleh kemampuan ilmu pengetahuan modern, seorang manajer dapat berijtihad sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

B.Dasar dan Tujuan Manajemen
1.Dasar Manajemen
Kebutuhan fitrah manusia merupakan sebagai dasar manajemen. Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal dan hati. Unsur-unsur manusia tersebut memiliki kebutuhannya masing-masing manusia mempunyai tubuh yang tunduk pada hukum fisik, yang oleh karenanya merupakan subyek dari fisiknya. Guna mempertahankan hidupnya, manusia perlu makan, minum, pakaian dan perlindungan. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-A’raaf ayat 31 :
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Di samping itu, manusia juga merupakan makhluk biologis yang tunduk pada hukum-hukum biologis. Guna melestarikan spesiesnya, manusia mempunyai alat reproduksi dalam dirinya yang ditandai oleh kecenderungan berupa seks dan berkembang biak, hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 14 :
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Manusia juga memiliki akal yang membutuhkan sarana berupa ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk memikirkan berbagai rahasia dari ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi. Al-Qur’an menjelaskan dalam Surat Ali Imran ayat 189 :

Artinya : “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.”
Sebagai makhluk rasional, sifat akan selalu menuntut kepuasan selalu dilakukan oleh manusia. Dari sudut pandang ini maka ilmu pengetahuan merupakan tuntutan kebutuhannya.

Selain itu, manusia juga termasuk makhluk sosial yang didorong oleh watak aslinya untuk bergaul dengan manusia lainnya. Keinginan alamiah untuk menjalin hubungan permanen antara pria dan wanita, ketergantungan antara anak akan perlindungan orangtuanya. Kesemuanya itu merupakan kecenderungan alami yang mengarahkan mereka dalam membangun kehidupan sosialnya.
Demikianlah Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang terdiri dari berbagai unsur yang terorganisai dengan rapi dan interaksi antar unsur-unsur yang ada mencerminkan suatu sistem manajemen yang sangat sempurna dan canggih. Sudah seharusnya manusa menjadikan sebagai i’tibar dalam membangun suatu sistem organisasi dan manajemen yang baik. Sesuai dengan penjelasan Allah dalam al-Qur’an surat as-Shaff ayat 4 :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”



2.Tujuan Manajemen
Tujuan hidup manusia sebagai tujuan manajemen. Sesuai penjelasan Allah dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Inilah tujuan hidup manusia menurut ajaran Allah SWT. yang berintikan tauhid diikuti dengan seruan agar manusia beriman dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya serta yakin adanya hari kiamat. Segala tindakan dan kegiatan manusia hendaknya dilandasi motivasi untuk memperoleh keridhaan Allah, orientasinya kepada kebahagiaan akhirat (tanpa melupakan bagiannya di dunia) dan aplikasinya adalah ditegakkannya hukum Allah di bumi.
Keridhaan Allah merupakan segala sumber dari kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dunia adalah ladang tempat bertanam, hasil yang dinikmatinya di dunia adalah bagian kecil saja dari hasil yang sesungguhnya akan diperoleh.
Manusia diciptakan Allah agar berfungsi sebagai penguasa (khalifah) di muka bumi dengan tugas untuk memelihara dan memakmurkan bumi. Hal ini diterangkan dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 165 :
Artinya : “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Karena bumi dengan semua sistem ekologi yang telah diciptakan Allah itu sudah merupakah tempat yang baik bagi hidup mereka. Tugas ini memerlukan pengertian yang tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai alam ciptaan-Nya, dilanjutkan dengan kegiatan bertindak untuk melakukan suatu yang baru dan baik untuk kemaslahatan bagi manusia.

C.Unsur-Unsur Manajemen dalam al-Qur’an
1.Perencanaan
Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut di atas haruslah terintegrasi, konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi ke arah pencapaian tujuan harus didahului dengan proses perencanaan yang baik. Sebagaimana penjelasan Allah dalam surat al-Hasyr ayat 18 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Pengorganisasian
Surat Az-Zuhruf ayat 13 menerangkan :
Artinya : “Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”
Dienul Islam adalah suatu sistem yang lengkap dalam kehidupan untuk mengelola manusia dan alam semesta sesuai dengan kehendak Allah. Kalimat “menegakkan dien” dalam ayat di atas berarti mengatur kehidupan agar rapi, dan kalimat “janganlah berpecah belah” berarti umat manusia diperintahkan untuk mengorganisasikan kehidupan mereka dengan sebaik-baiknya.
Pengorganisasian atau perencanaan dan pengembangan organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis, penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran pelaksanaan dan prestasi yang dicapai.
Apa saja jabatan yang disandang seseorang merupakan amanat, maka jabatan yang dipegang seseorang merupakan ujian baginya. Kalau ia menyalahgunakan jabatan tersebut, sesungguhnya siksa Allah sangat cepat. Sedang bagi mereka yang bersalah dalam melaksanakan tugas jabatannya tanpa di sengaja, maka Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.

Menuntut Ilmu

Sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah dengan kesempurnaan, manusia dikaruniakan dengan akal yang merupakan satu hal yang sangat membedakan dirinya dengan mahluk lainnya. Dengan akal yang dimilikinya manusia mampu mengerahkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan dukungan lingkungan sekelilingnya. Sebagai mana hadis Nabi Muhammad saw.:
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Nabi saw. bersabda,” setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun majusi……”

Diantara sekian banyak potensi yang mendorong manusia untuk lebih berkembang adalah adanya rasa ingin tahu yang dimilikinya. Rasa ingin tahu ini menunjukan bahwa manusia termasuk mahluk yang berkembang maju dan berkembang aktif. Sejak manusia dilahirkan muncul usaha untuk mengetahui dan memahami alam sekitarnya sebagai penjabaran rasa keingintahuannya itu. Fenomena itu menunjukkan bahwa manusia telah memiliki kemampuan dasar yang dibawa sejak ia belum dilahirkan hingga berwujud sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna.
Rasa ingin tahu manusia, mengarahkan dirinya untuk mencari (menuntut) ilmu guna mengembangkan potensi dasar yang telah ada pada dirinya. Menuntut ilmu dalam ajaran Islam adalah satu hal yang sangat dianjurkan, karena hanya dengan ilmu itulah manusia mampu memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Kedudukan menuntut ilmu dalam Islam juga menempati posisi yang sangat penting. Islam sebagai agama yang paripurna, memiliki pandangan bahwa setiap mahluk ciptaan tuhan memiliki derajat yang sama. Keutamaan dan kemuliaan tidaklah dipandang berdasarkan sisi materi yang dimiliki, melainkan nilai ketakwaaan yang ada dalam dirinya. Selain dengan keimanan, kemuliaan dalam pandangan Allah juga dapat diperoleh melalui penguasaan ilmu pengetahuan, dalam kerangka religi, perjalanan menuntut ilmu memiliki nilai seperti halnya orang yang sedang berjihad di jalan Allah, di mana balasan bagi orang yang berjihad itu adalah surga begitu juga balasan bagi orang yang melangkah dalam menuntut ilmu. Setiap langkah yang diarahkan untuk menuntut ilmu akan memudahkan dirinya menuju surga. Sebagai mana hadis Nabi saw. :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Nabi SAW bersabda, ”Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga”

Secara tekstual hadis ini adalah merupakan dalil otentik yang menunjukkan bahwa ilmu mempunyai keutamaan dan kemuliaan. Bagaimana tidak demikian, sedangkan ilmu adalah merupakan penunjuk jalan ke surga dan jalan kebenaran. Namun demikian, dalam memahami makna suatu hadis tidaklah cukup hanya dengan melakukan pemahaman secara tekstual saja, akan tetapi perlu dilakukan pengkajian lebih dalam lagi sehingga pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah hadis Nabi saw. benar-benar dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena posisi Nabi Muhammad yang selain berfungsi sebagai seorang Nabi dan Rasul juga berfungsi sebagai seorang manusia biasa, serta situasi dan kondisi yang mempengauhi prilaku Nabi pada saat itu.